Selamat Datang di ITUZH POENJA Blog...!!!

Minggu, 02 Mei 2010

Emotional Intelligence atauKecerdasan Emosional

Apa itu kecerdasan emosional ? dan apa bedanya dengan IQ (Intelligence Quotient) atau yang disebut dengan kecerdasan?


IQ atau kecerdasan biasanya atau sering digunakan sebagai patokan tingkat kecerdasan seseorang dan sering digunakan sebagai salah satu persyaratan waktu akan mencari pekerjaan atau akan memasuki dunia pendidikan. Intelegensi dapat diartikan sebagai daya atau kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir (otak) yang dimilikinya. Disini dapat dilihat bahwa kecerdasan erat kaitannya dengan masalah penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya. Orang yang memiliki intelegensi tinggi akan lebih cepat dan lebih tepat di dalam menghadapi masalah-masalah baru dibandingkan dengan orang yang kecerdasannya kurang. IQ digolongkan menjadi 4 (empat) kategori yaitu: kecerdasan rata-rata dengan angka IQ 90 - 109; diatas rata-rata dengan angka IQ 110-119; cerdas dengan angka IQ 120-129 dan IQ diatas 130 untuk kategori jenius (cerdas sekali).

Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence)

Apakah orang dengan IQ yang rendah atau rata-rata tidak akan seberhasil orang dengan IQ yang tinggi? Pemikiran inilah yang kemudian memunculkan pentingnya kecerdasan emosi untuk menandingi kecerdasan. Inilah tantangan bagi mereka yang menganut pandangan sempit tentang kecerdasan dengan mengatakan bahwa IQ merupakan masalah keturunan atau bawaan (genetik) yang tidak bisa diubah lagi, sekalipun oleh pengalaman hidup seseorang.

Lalu bagaiman dengan adanya kenyataan bahwa orang yang ber IQ tinggipun bisa gagal sedangkan orang yang ber IQ rata-rata menjadi sangat sukses dalam hidupnya. Disinilah kecerdasan emosional memegang peranan penting, dimana ia mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Keterampilan-keterampilan seperti ini dapat diajarkan kepada anak-anak sejak dini, untuk memberi mereka peluang yang lebih baik dalam memanfaatkan potensi yang ada dalam diri mereka.

Apakah emosi itu?

Emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental (psikologis) yang hebat atau meluap-luap. Walaupun bentuk emosi itu bermacam-macam yang bahkan terkadang sulit untuk kita definisikan karena terkadang emosi itu bercampur aduk menjadi satu. Berbagai macam emosi tersebut dapat dikategorisasikan menjadi amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.

Keterampilan mengelola emosi ?

Keterampilan dalam mengelola emosi meliputi:

  1. mampu mengidentifikasi serta mendefinisikan perasaan yang muncul
  2. mampu mengungkapkan perasaan, mampu menilai intensitas (kadar) perasaan
  3. mampu mengelola perasaan
  4. mampu mengendalikan diri sendiri
  5. mampu mengurangi stres
  6. mampu mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.
Selain keterampilan emosional, keterampilan yang berkaitan dengan kecerdasan (kognitif) juga penting. Keterampilan seperti melakukan monolog (berbicara kepada diri sendiri) atau melakukan dialog batin untuk menghadapi suatu masalah; dapat membaca atau menafsirkan isyarat-isyarat sosial, misalnya megenali pengaruh sosial terhadap perilaku kita dan melihat dampak perilaku kita tidak hanya dengan kacamata probadi akan tetapi dengan pandangan (perspektif) yang lebih luas yaitu masyarakat dimana kita tinggal; menggunakan langkah-langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan memperhitungkan resiko-resiko yang mungkin akan terjadi; mampu memahami sudut pandang orang lain; memahami sopan santun, perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat bersikap positif dan optimistis; serta mampu mengembangkan harapan-harapan yang realistis tentang diri sendiri dan masa depan kita.

Keterampilan berperilaku

Untuk melengkapi keterampilan emosional dan kognitif, ada satu lagi keterampilan yang harus kita kuasai untuk dapat berhasil dalam kehidupan kita, yaitu keterampilan dalam berperilaku. Perilaku kita mencakup dua hal yaitu perilaku verbal dan perilaku non-verbal. Perilaku verbal adalah perilaku yang diwujudkan dengan kata-kata, misalnya mampu mengajukan permintaan-permintaan dengan jelas; menanggapi kritik secara efektif, mampu bersifat asertif (tegas dan terbuka) untuk menolak pengaruh-pengaruh negatif dan mampu mendengarkan orang lain. Sedangkan perilaku non-verbal adalah perilaku yang diwujudkan dengan sikap tubuh, ekspresi wajah (seperti cemberut, tersenyum, dsb), pandangan mata dll.

Manusia dikaruniai Tuhan tiga kemampuan tersebut yaitu kecerdasan, emosi dan perilaku, tinggal bagaimana kita mengelolanya sehingga mampu melengkapi satu sama lain.
»»  Baca Selengkapnya..

Anak-Anak Lebih Suka Menjelajah Dunia Virtual

TOKYO - Anak-anak zaman sekarang diperkirakan akan lebih senang menjelajah dunia virtual ketimbang melakukan perjalanan melancong yang sesungguhnya.

Pasalnya, mereka cenderung lebih suka bermain game komputer dan bersosialisasi di situs jejaring sosial untuk mengisi waktu senggang mereka. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, akan semakin banyak orang yang merasa lebih nyaman diam di rumah ketimbang bepergian ke suatu tempat.

Ahli masa depan Dr Ian Yeoman asal Jepang menyebutkan, industri pariwisata di masa yang akan datang perlu usaha ekstra untuk membuat anak-anak beranjak dari komputer mereka.

"Dalam sepuluh tahun kedepan, kita akan melihat mereka menghabiskan banyak waktu di rumah dengan berbagai hiburan dan teknologi terbaru ketimbang berkeliling dunia," kata Yeoman seperti dikutip dari, Telegraph, Jumat (30/4/2010).

Dalam laporan ini juga diketahui bahwa menghabiskan waktu senggang dengan beraktivitas di luar ruangan menurun drastis selama masa resesi ekonomi. Namun patut dicatat, penjualan perangkat elektronik rumah terus tumbuh dan sejak tahun 2000, waktu senggang yang dihabiskan dengan aktivitas di dalam rumah meningkat 2,5 kali.

Tak hanya itu, sejak 2007 semakin banyak orang yang merasa asyik diam di rumah karena terhibur oleh aktivitas bersosialisasi melalui internet dan bermain game.

"Di masa yang akan datang, teknologi in-home entertainment akan menjadi lebih menarik dan membuat orang betah berlama-lama menyaksikannya," tutup Yeoman.
»»  Baca Selengkapnya..